STRIX SELOPUTO

Pengamatan burung ini dilakukan oleh anggota-anggota Kelompok Pemerhati Burung (KPB) “Perenjak” Himpunan Mahasiswa Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata (Himakova), Fakultas Kehutanan IPB. Adalah Haris Munandar salah satu anggota Kelompok Pemerhati Burung “Perenjak” ini mengaku sangat senang dapat menemukan kembali jenis ini  dengan jumlah individu lebih banyak dari penemuan sebelumnya. Haris mengatakan bahwa “Kampus IPB Dramaga merupakan habitat penting bagi banyak burung-burung, sehingga kita harus senantiasa menjaganya”.
Menurut MacKinnon (1998), Kukuk Seloputu (Strix seloputo) merupakan burung berukuran besar (sekitar 47 cm). Piringan muka burung ini tampak kuning namun sebenarnya merah bata pucat dan tanpa berkas telinga. Ciri morfologi yang lain yakni tubuh bagian atas berwarna coklat merah bata bertanda tebal dengan bintik putih dan pinggiran hitam. Tubuh bagian bawahnya berwarna putih dan sedikit tersapu merah bata serta bergaris-garis coklat tua dengan garis dagu keputih putihan. Iris matanya coklat tua dengan paruh kehijauan serta kaki abu-abu. Suara berupa geraman dalam, bergaung, dan meninggi. Kebiasaan burung ini mirip dengan  Kukuk Beluk yakni sering mengunjungi hutan dataran rendah dan pepohonan dekat kampung.
Lebih lanjut Haris menceritakan ketika ditemukan dua individu dewasa yang diperkirakan adalah jantan dan betina sedang berburu mencari makan disekitar asrama TPB IPB. Hal ini dibuktikan dengan ditemukannya satu individu yang terbang membawa hasil buruannya. Hasil buruan tersebut ternyata dibawa kesebuah pohon sengon tidak jauh dari tempat perburuan, setelah di cek dipohon tersebut ternyata terdapat satu anakan. Sampai pukul 12 dini hari, anakan tersebut masih di tempat semula bahkan saat pengamatan keesokan harinya.


DAYA TARIK SANG BURUNG HANTU
 Kelompok Pemerhati Burung (KPB) “Perenjak” Himakova telah sejak dulu melakukan monitoring burung di sekitaran kampus. Salah satu waktu pengamatan paling disukai sebagian anggota KPB yakni pengamatan dimalam hari. Pengamatan burung malam hari tidak semudah pengamatan burung pagi ataupun sore hari. Mata pengamat dan alat bantu pencahayaan dituntut untuk jauh lebih prima. Tetapi pengamatan malam ternyata sangat disukai sebagian besar anggota KPB “Perenjak” karena bukan hanya bisa mengamati burung, namun juga bisa dibarengi dengan monitoring herpetofauna atau mamalia malam lainnya. Karena di IPB sendiri potensi herpetofauna dan mamalia malamnya pun sayang untuk dilewatkan. Pengamatan malam juga mempunyai daya tarik dalam hal mencari satwa dan mengambil gambar satwanya. Di malam hari dibutuhkan teknik pengambilan gambar yang lebih
Fakta menunjukan bahwa dengan pengamatan malam para pengamat sering menemukan burung-burung nocturnal yang belum pernah tercatat sebelumnya. Hal ini tentu masuk akal, karena biasanya data keanekaragaman jenis burung kebanyakan didapatkan dari pengamatan pagi dan sore, sedangkan pengamatan burung nocturnal biasanya jarang dilakukan. Jadi dengan pengamatan malam potensi penemuan jenis burung yang baru menjadi lebih besar.  
Burung hantu memang sulit ditemukan, namun disanalah mungkin daya tariknya. Karena burung hantu aktif dimalam hari, tentu saja tidak semua orang pernah melihat burung ini. Banyak orang yang ingin melihat langsung burung ini dan ingin mengabadikan gambarnya.  Tentu saja ini menjadi daya tarik tersendiri bagi Kampus IPB yang sekarang juga telah di resmikan menjadi “Kampus Biodiversitas”. Di Kampus IPB terdapat beberapa koleksi burung hantu, diantaranya Serak Jawa (Tyto alba), Beluk Jampuk (Bubo sumatranus) dan Celepuk Reban (Otus lempiji).

Beberapa waktu yang lalu di Kampus IPB Dramaga telah terlaksa Konfrensi Nasional Peneliti dan Pemerhati Burung di Indonesia 2015, ajang ini juga dimanfaatkan oleh KPB untuk memperkenalkan burung-burung yang ada di Kampus IPB. Ternyata sambutan peserta konfrensi terhadap keberadaan burung hantu, seperti Kukuk seloputu, Serak Jawa, dan Beluk Jampuk memang terbukti sangat baik. Banyak yang bertanya keberadaan burung ini di sekitar kampus bahkan ada yang ingin ditemani untuk pengamatan malam bersama anggota KPB guna mengabadikan gambar burung-burung tersebut. Salah satu peserta konfrensi yang mengikuti pengamatan malam tersebut yakni peserta dari Malang. KPB “Perenjak” tentu sangat senang bila teman-teman pengamat yang lain bisa berkunjung ke IPB dan kami siap menemani pengamatn burung bersama-sama.

0 komentar:

Posting Komentar